Rabu, Desember 10, 2014

Bebas Jiwaku



Biarkan jiwaku mengalun indah di dalam setiap hembusan napasmu
Biarkan aku menjadi angina yang berkelana kemana-mana
Biarkan aku bersama dengan diriku sendiri saat kau tidak merasakanku
Biarkan aku mati bersama tatapan dingin sepasang mata.

Senin, 1 Desember 2014



Aku bangun tidak pagi. Kemarin malam pikiranku bergulat dalam pergulatan pemikiran yang dalam. Aku bangun dengan suatu penyesalan. Untuk apa pikiranku terus memikirkan perempuan itu. Masih banyak ikan di laut. Masih banyak pohon di Bumi (tidak begitu banyak juga sih, tapi ya lumayan).
Satu hari berlalu menjelang pertemuanku dengan perempuan itu. Apakah aku berani untuk bertemu dengannya? Apakah aku berani berbicara dengannya? Berdoalah pada Tuhan karena dia bisa memberimu keberanian.
Satu hari tanpa menghhubungi dia aku sudah mulai kesepian. Terbesit dalam benak untuk menghubungi perempuan yang pernah bersemayam dalam hati beberapa tahun silam. Apakah dia masih memikirkanku? Apakah dia masih mengharapkanku? Tapi sebelum semua ini jelas, aku tidak akan membuka pintu untuk perempuan lain.
Hari ini juga aku ingat perasaan saat membuat kerajinan burung kertas. Selama seharian aku membuat burung kertas dan semua jadi syahdu. Pikiranku tenang dan senang. Segala yang aku pikirkan hilang.
Malam harinya tanganku mengetik tuts di handphone tanpa aku suruh. Tanganku seperti mempunyai kehendak bebas untuk melakukan apapun yang ia sukai. Aku tidak bisa mengendalikan tanganku sama liarnya seperti pikiranku tidak bisa dikendalikan.
Aku berhenti membuat burung kertas setelah aku memutuskan untuk menulis ini. Aku harap tidurku nyenyak. Selamat malam.

Dear You



Many days has passed
It is been too long since the day you were gone
That place, I cannot ever go there anymore
The song which she played on the car kind of remind me
Remind me how I sad and wished that it never happened
I always thought that this all just a dream
I never imagine you left us so early that night
You were like an immortal to us
You were like a goddess to me
I worshiped you
I never had time to say I love you
I love you
I love you
Dear you the only one that cannot be replace
Dear you, I love you
My pray will always be with you.
I love you

Selasa, Desember 09, 2014

Perjalananku

Aku berjalan di sepanjang jalan ini. Aku berjalan dan terus berjalan tanpa tahu ingin kemana. Tanpa uang, alat komunikasi atau hiburan. Hanya pakaian dan alas kaki yang aku kenakan. Aku ini kosong. Pikiranku entah sedang berpikir apa. Hatiku, entah apa yang sedang dirindukan. Aku ini hampa. Aku berjalan seperti tidak ingin apa-apa. Hiruk pikuk di jalanan yang aku lewati pun aku tak pedulikan. Aku tidak tahu apa yang aku inginkan. Aku berjalan tanpa tujuan.
            Aku ini hantu tapi aku masih hidup. Tidak ada yang mempedulikanku, baik itu dari tempat asalku dan di sepanjang jalan yang aku lewati ini. Aku berjalan melewati banyak orang. Banyak orang menabrak bahuku seperti mereka tidak melihat keberadaanku. Banyak dari mereka sedang melepon atau sedang melihat ke arah layar telepon genggam mereka. Aku ini bukan apa-apa tapi hanya hantu bagi mereka. Untuk apa pula mereka memperhatikanku. Badanku bisa mereka sentuh tapi tak bisa mereka lihat. Aku ini apa?
            Aku melihat anak-anak muda yang entah mereka dididik apa oleh orang tuanya. Aku percaya bahwa semua orang tua mengajari anak mereka dengan benar. Aku percaya tidak ada orang tua yang ingin anaknya seperti itu. Mereka itu masih muda. Diantaranya ada lelaki tapi bukan pria. Mereka berbicara layaknya seorang perempuan manja, bersikap seperti anak perempuan, membanggakan pakaian yang mereka pakai. Lalu ada yang perempuan tapi tidak takut untuk melecehkan diri mereka sendiri di depan laki-laki. Mereka itu terhormat tapi berpakaian seperti pelacur. Semua bagian yang ingin laki-laki lihat, mereka pertontonkan. Apa sebenarnya yang mereka mau? Aku tidak mengerti lagi.
            Aku lihat sepasang merpati sedang bercinta, indah sekali. Kontras sekali dengan sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan. Aku ingat dulu sekali aku mempunyai banyak sekali kekasih. Baik itu simpanan maupun “cinta sejati”. Apa yang sedang aku pikirkan waktu itu? aku tidak mengerti kenapa aku mau memadu kasih dengan seorang perempuan yang baru aku kenal selama satu bulan. Kenapa juga mereka mau denganku. Aku hanya melecehkan mereka dan mereka dengan senang hati memberikan kehormatan mereka. Demi uang kah? Tetapi cinta-cinta yang aku dapat hanya bertahan paling lama satu tahun. Aku bosan dengan mereka.
            Aku juga melihat beberapa orang mengendarai kendaraan mereka yang beroda empat. Aku ingin, dulu sekali aku ingin mempunyai kendaraan seperti itu. Aku bisa pergi kemanapun aku mau tanpa takut kelelahan karena berjalan. Aku tidak akan lagi kepanasan, kehujanan dan masuk angin saat aku memacu kendaraanku dengan kecepatan  tinggi. Kini ketika aku sudah mempunyai banyak kendaraan beroda empat, aku tidak bisa memacunya dengan kecepatan tinggi, bahkan aku enggan mengendarainya lagi. Bahan bakar mulai langka, kemacetan dimana-mana; hanya orang bodoh yang ingin bersusah-susah berkendara seperti itu. Ironisnya, aku lah orang bodoh yang aku bicarakan.
Jalanan yang aku lewati semakin kumuh. Pedagang berdagang seenaknya di pinggir trotoar. Aku berjalan diantara mereka. Aku menabrak roda yang dipakai oleh para pedagang kaki lima. Akan jadi apa sebenarnya jalanan disini? Kenapa tidak ada aturan disini? Apa benar tidak ada atau mereka tidak menaati peraturan? Mau jadi apa?
Sudah sangat lama aku berjalan. Aku berjalan dan berjalan. Ada apa di depan aku tidak tahu. Aku tidak ingin tahu. Aku hanya mengikuti kemana kakiku ingin berjalan. Tanpa membawa materi apapun. Akhirnya aku sampai di atas sebuah jembatan layang. Aku tahu ini jembatan untuk kendaraan, tapi tetap saja kakiku membawaku berjalan kesini. Dari sini aku bisa melihat setengah isi kota. Indahkah? Tidak. Kumuh itu kesan pertamaku. Tidak ada indah-indahnya. Kenapa kotaku jadi seperti ini?
Setelah diam sejenak, aku kembali berjalan. Aku masih belum menemukan apapun dalam perjalananku. Aku masih kosong. Masih tidak tahu mau apa? Masih tidak tahu mau kemana. Aku hanya terus berjalan dan berjalan. Entah bakal kemana kaki ini membawaku. Tak terasa lapar bahkan haus. Aku terus mencari tahu jawaban itu. Ada apa denganku?

Senin, Desember 08, 2014

Minggu, 30 Nopember 2013



Tiba-tiba saja hancur. Hancurkah? Beginikah akhirnya? Malam itu dia tiba-tiba mengirimiku pesan “Jangan hubungi aku selama 2 hari, setelah itu baru kita bicara langsung.” Ya aku sudah tahu apa yang kiranya akan dia katakan. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku harus berbuat sesuatu.
Yah apakah aku harus berbuat sesuatu? Untuk apa aku memperjuangkan sesuatu yang semu? Ini hanya sebuah permainan, aku bisa terus atau berhenti semuanya terserah padaku.
Sepertinya aku tahu apa yang akan aku lakukan. Aku tahu apa yang seharusnya aku pilih. Shakespeare bilang to be or not to be that is the question. Semuanya terserah pilihanku. Akan jadi apa aku nanti kita lihat saja.
Perempuan ini sudah lama sekali bersamaku. Dia bilang, dia bahagia bersamaku. Dia bilang, dia tertawa bersamaku. Dia bilang, aku ini planet bumi. Tetapi semalam saja dia bersama, yang dia sebut “sahabatnya”, semuanya berubah. Kini dia bilang, dia sedih bersamaku. Kini dia bilang, dia menangis jika berada didekatku. Kini dia bilang aku ini planet Pluto yang “apakah benar-benar ini planet? Atau hanya peliharaan Mickey Mouse?”.
Jika memang seperti ini seharusnya. Ya sudah aku terima. Selamat malam.