Pukul 10 malam. Iya kah pukul 10? Aku hanya
mengira-ngira? Bagaimana aku bisa mengira-ngira. Sudah berapa jam kah aku
terbaring? Aku tidak ingat kenapa aku terbaring. Aku tidak tahu kenapa aku
enggan sekali untuk bangun? Apa aku sedang malas? Mungkin. Tapi ini bukan hanya
karena malas. Lalu kenapa? Aku selama aku terbaring aku tertidur? Sepertinya
iya, mataku masih tertutup. Tapi apa yang aku mimpikan? Aku hanya ingat warna
hitam. Hitam pekat, itu saja yang aku ingat. Apa mungkin aku tidak bermimpi?
Apakah mimpiku itu? Aku dengar semua mimpi mempunyai makna. Lalu apa artinya
jika mimpi itu hanya berwarna hitam gelap. Apakah itu termasuk sebuah mimpi
juga? Sudahlah, aku tak peduli.
Jam
ditangan menunjukan pukul 12. Sudah 2 jam kah berlalu sejak aku terbangun dari
mimpi gelapku itu? kenapakah aku masih terbaring? Mampukah aku bangkit? Tidak,
tapi inginkah aku bangkit? Mataku masih tertutup. Tidak ingin aku membukanya.
Aku harap aku bisa ingat kenapa aku bisa disini? Apa yang aku cari? Atau
mungkin apa yang aku tunggu? Apa yang sebenarnya aku inginkan! Seseorang tolong
beritahu aku!
Aku
rasa sudah 3 jam berlalu. Aku tidak tahu mengapa tapi aku mulai bisa mendengar
sesuatu. Suara kucing! Ya Suara kucing. Syukurlah, artinya aku masih ada di
duniaku. Tapi apakah ini suara kucing nyata? Atau aku hanya berhalusinasi?
Andai aku bisa membuka mataku! Aku ingin tahu dimana aku sebenarnya! Tuhan,
tolong aku!
Dimana?
Dimana!? Dimana suara kucing tadi? Kembalilah! Aku butuh seorang teman! Temani
aku, kucing bodoh! Tolonglah.
Sepertinya
aku mendengar sesuatu. Hujankah? Seperti suara rintik hujan. Basah! Ya basah
sekali! Ini benar-benar hujan. Tapi kenapa beberapa bagian badanku sakit? Perih
sekali. Kenapa ini? Aku dimana sebenarnya!
Hujannya
berhenti. Aku masih belum bisa membuka mataku. Aku juga belum bisa menggerakan
badanku. Aku masih terbaring. Rasanya ingin begini saja selamanya. Terbaring
entah dimana, tidak bisa membuka mata. Tapi tidak! Aku tahu aku harus melakukan
sesuatu! Tapi apa! Seseorang tolong beritahu aku!
Rasa-rasanya
aku ingin menangis karena aku tidak tahu kenapa dan apa yang terjadi? Dimana
aku sekarang! Apa yang aku lakukan? Terbaring di tengah-tengah entah dimana!
Aku menangis! Ya aku menangis, sepertinya mataku masih berfungsi dengan baik.
Bau
apa ini? Sepertinya bau amis sepertinya ini aku tahu apa. Apa ini bau darah?
Siapa yang berdarah? Apa aku yang berdarah? Aku harap bukan aku yang berdarah.
Tapi sepertinya iya ini bau darahku sendiri. Pantas saja perih sekali.
Aku
mendengar suara! Sepertinya aku kenal suara itu! Aku mendengar suara itu setiap
pagi pukul 4. Jadi aku kira ini sudah pukul 4 pagi? Apa pukul 4 pagi!? Jadi
sudah berapa jam aku terbaring disini? Berisik sekali! Matikan! Matikan!
Sepertinya
aku mendengar langkah kaki. Langkah kaki di tempat basah. Sepertinya langkah
kaki itu mendekatiku? Apa itu orang jahat? Apa itu orang baik? Penolong kah?
Ada suara seorang.
“Disini!”
“Apa dia masih hidup?”
Aku masih hidup, dasar
bodoh! Aku masih bisa mendengarmu dengan baik. Setan jahanam! Aku masih hidup
dan masih ingin hidup! Apa ini? Seseorang memegang dada bagian kiriku? Apa yang
kau lakukan, bodoh! Lepaskan!
“Masih ada detak jantung!
Dia hidup!”
“Cepat bawa ke ambulan!”
Sakit! Sakit sekali!
Hati-hati mengangkatku bodoh! Hati-hati dengan kakiku! Sakit! Mau kalian bawa
kemana aku!
Lelah, lelah sekali.
Semuanya aku lelah sekali menahan rasa sakit ini. Tolong aku. Tuhan, tolong
aku. Aku masih ingin hidup. Aku ingin tahu kenapa aku bisa seperti ini. Mataku
masih tidak bisa dibuka. Tapi kegelapan ini menjadi semakin gelap. Aku lelah.
Silau sekali? Dimana aku?
Aku ingat! Aku daritadi terbaring di antah berantah. Kenapakah aku? Dimanakah
aku? Ada apa denganku? Bisa mendengar langkah kaki. Banyak sekali langkah kaki.
Apa aku disurga? Mana mungkin aku masuk surga. Aku ini bukan umat yang taat.
Lalu dimanakah aku? Tempatku terbaring sekarang terasa lebih nyaman. Hangat dan
kering. Dimana ini!?
Sepertinya aku bisa membuka
mataku. Aku akan membuka mataku perlahan-lahan. Silau sekali. Siapa itu? Wanita
berambut coklat terang berkacamata. Matanya yang besar berwarna senada dengan
rambutnya meneteskan air mata. Banyak sekali air mata. Matanya merah
berkaca-kaca, sepertinya dia baru saja menangis. Siapa dia? Ayo otak! Berpikir!
Siapa dia!
Apa yang dia lakukan? Apa
dia disini untukku? Sepertinya iya karena dia duduk tepat disampingku. Dia
melihat ke arahku dan aku melihat tepat kematanya yang besar dan berkilauan
diterpa cahaya dari atas. Dia sedikit tersenyum gembira. Aku melihat bibirnya
yang tipis bergerak terbuka dan tertutup. Apa dia sedang berbicara padaku? Apa
yang dia bicarakan? Kau mengatakan sesuatu? Hey, aku belum bisa mendengar
apa-apa. Kenapa kau ini? Lebih baik aku melihat kearah cahaya yang menyilaukan
di atasku. Itu lampu kan? Ya itu namanya lampu. Aku mulai mengingat sesuatu.
Tapi silau sekali dan lelah sekali. Aku kembali tutup mataku.
Aku bermimpi. Wanita tadi
yang ada disampingku ada disana. Aku melihat diriku bertengkar dengan wanita
itu disebuah ruangan. Lalu aku melihat dia menangis. Aku sekarang ada di dalam
mobil. Aku juga terisak? Isak tangis dari diriku? Jalanan yang sepi. Aku pasti
memacu kendaraanku dengan sangat cepat karena aku tidak melihat ada kucing
sedang melintas dan mobilku meluncur menabrak tepian sebuah jembatan. Disana
aku tahu bahwa aku akan mati. Aku kembali ke ruangan tempat aku bertengkar
dengan wanita itu. Dia tidur dengan ekspresi kecewa dan sedih. Lalu dia
menerima sebuah panggilan dari telepon yang membangunkannya. Dia berbicara
disana. Kenapa aku tidak bisa mendengar pembicaraan itu! Dia lalu terburu-buru
pergi. Kemana kau akan pergi? Kemana? Tunggu aku! Dan semuanya berubah jadi
putih.
Aku terbangun dengan mata
terbelalak dan bernapas dalam dari mulut. Wanita itu masih ada disampingku.
Membantuku untuk merebahkan badanku. Dia memberiku minum air putih. Aku melihat
kearah wajahnya. Aku lihat wajahnya sangat lelah dan matanya merah sekali. Aku
memeluknya dan dia balik memelukku. Aku memeluknya erat. Aku ingat dialah Sonia, kekasihku. Mulutku sudah bisa aku gunakan untuk berbicara. Dan kata yang
keluar adalah maaf! Maaf! Maaf! Dan maaf!
“Sudahlah, yang penting
sekarang kamu selamat.”
Aku masih berbicara maaf!
Maaf! Dan maaf! Sepertinya hanya itu yang aku bisa sampaikan dengan mulutku
ini. Sekarang aku sepenuhnya sadar. Aku sedang berada di rumah sakit. Beberapa
hari lalu aku mengalami kecelakaan.
Aku belajar bawa hidup itu
terlalu singkat untuk dinikamati. Aku harusnya lebih menghargai orang-orang
yang aku sayangi karena kelak mereka akan menjadi orang yang paling peduli pada
kita. Aku harusnya bisa menjadi lebih baik pada waktu itu. Karena itu, mulai
dari sekarang, di kesempatan kedua ini aku akan mencoba untuk lebih peduli pada
orang yang aku sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar