Senin, Agustus 01, 2011

Nenek Yasih part 1 : Nenek Yasih

Dahulu ada seorang nene tua renta sebatang kara di sebuah desa, nene Yasih biasa kami panggil. Dia bukan nene yang terlalu baik terhadap orang-orang sekitarnya, dia lebih suka diam menyendiri. Dia memiliki perawakan kurus dan bungkuk, rambut putih panjang hingga punggung, dari sorot matanya seperti tidak suka akan kedatangan orang yg melintas rumahnya.Tidak ada yang berani mendekati rumah nene tua tersebut. Nene itu tinggal di sebuah bilik sederhana di pinggir hutan tak jauh dari desa, dan tak jauh dari rumah nene ada sebuah sungai jernih yang mengalir. Orang-orang sekitar biasanya mengambil air dari sungai tersebut.

Lalu suatu malam terlihat asap mengepul di udara orang-orang bertanya, ada apakah sebnarnya? apa ada kebakaran? dan asap tersebut berasal dari arah rumah nene. Orang-orang dating berbondong-bondong datang kerumah nene. Benar saja, sedang terjadi kebakaran di rumah nene. Semua orang segera berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Mereka semua bahu membahu memadamkan api.

Karena keterbatasan alat akhirnya bilik nene terbakar habis. Tapi ada sesuatu yg aneh ? kemana nene Yasih ? kenapa dia tidak terlihat ? apa dia mati terbakar hidup hidup ? sepertinya tidak mungkin. Karena tidak ada tanda tanda nene mati terbakar. Atau dia mencoba menyelamatkat diri dengan pergi ke hutan ? karena hari yg sudah malam semua orang memutuskan akan mencari nene yasih esok pagi.

Pagi telah menjelang, semua orang sudah berkumpul di dekat puing-puing bekas rumah nene Yasih. Mereka siap pergi kedalam hutan mencari nene. Kepala desa memutuskan membagi beberapa kelompok. Mereka semua siap menyisir hutan untuk mencari nene.

Namun hingga hari menjelang petang tidak ada tanda-tanda keberadaan nene tersebut. Mungkin saat itu dalam semua orang berpikir “apakah nene Yasih sudah meninggal? jika dia sudah meninggal kenapa jasadnya tidak ada ? mungkinkah dia terbawa arus sungai yang pada saat itu memang sedang deras?”. Karena hari sudah mulai gelap pencarian dihentikan. Mereka memutuskan untuk mencari kembali keesokan harinya.

Besoknya mereka mulai mencari, kali ini pencarian di lakukan ke tempat yg lebih jauh. Lebih dalam ke hutan yg gelap. Hari sudah gelap, dan masih tidak ada tanda tanda dari sang nene, sebenarnya kemana nene tersebut pergi?. Semua orang yg mencari sudah menyerah, mereka tidak tahu harus bagaimana mencari nene. Mereka putuskan untuk melupakan nene Yasih dan tidak memikirkan tentang sesuatu yg konyol tentang nene tersebut.

Ada yg bilang nene itu sekarang tinggal jauh di dalam hutan karena tidak ingin di ganggu oleh siapapun, ada juga yang bilang nene itu terbakar dan dia menceburkan diri kedalam sungai lalu hanyut oleh aliran sungai yang deras, ada juga yang bilang nene itu terbakar hiudup-hidup lalu menjadi abu. Sesungguhnya tiada orang yang tahu dimana nene itu berada.

Kini bekas rumah nene penyendiri itu hanya menjadi puing-puing dan mungkin menjadi tempat angker yang di hindari oleh semua orang. Apalagi pada malam hari, tempat itu bagaikan sebuah kuburan, orang-orang lebih suka memutar lebih jauh daripada melewati bekas rumah nene. Apalagi setelah ada rumor jika nene itu sekarang kembali ke rumah tersebut dalam wujud lain. Beberapa orang sudah melihat sesosok makhluk yang mirip dengan perawakan nene, hanya saja lebih menyeramkan. Tiada yang tahu apakah makhluk itu.

Yah itulah yang bapak kasmun ceritakan padaku. Inginnya aku percaya, hanya saja aku tidak bias percaya begitu saja jika aku tidak melihatnya sendiri. Entah kenapa rasanya aku ingin tertawa mendengar cerita itu. Lalu aku berpikir apa yang sebenarnya mereka lihat di puing-puing itu.

Namaku Gika, aku adalah seorang mahasiswa di sebuah Universitas Negri di Bandung, aku datang bersama dengan 4 orang temanku Klaus, Ima, Meli dan Lutfi. Kami datang ke desa ini dengan tujuan membuktikan apakah cerita nene Yasih itu benar atau Cuma mitos belaka. Klaus, Meli dan Ima sepertinya yang paling serius mendengarkan cerita dari pa Kasmun apalagi Klaus yang memiliki ide untuk , tapi lutfi sibuk dengan laptop yang dia bawa, aku tidak berani melihat apa yang dia kerjakan di laptop itu.

Karena sepertinya aku merasa bosan dengan cerita itu, aku putuskan untuk melihat puing bekas rumah nene itu sambil mengambil beberapa gambar dengan kamera. Sepertinya Lutfi juga merasa bosan jadi aku ajak saja dia sementara Klaus dan Ima sedang mewancarai pa Kasmun. Meli juga sepertinya memutuskan untuk ikut ke puing-puing sepertinya dia yang paling penasaran dengan cerita itu.

*****

Kesan pertama saat melihat puing rumah itu adalah “berantakan sekali…” yah itu juga yang Lutfi katakan saat melihat bekas rumah nene penyendiri itu. Aku bertanya “kira-kira apa yang bikin rumah jadi kaya gini?”. “mungkin bom napalm dari perang dunia kedua” lutfi menjawab, “ngaco lu jou. Eh budianduk kenapa diem aja? takut ya? hahaha”. Meli menjawab “ engga ko logikarung!” “udah ah aku mau cuci muka dulu di sungai..”

Aku langsung saja mulai memotret tempat itu, sedangkan Lutfi sejenak terdiam melihat puing-puing itu dan langsung dia asik termenung di laptop yang sepertinya tidak pernah lepas darinya. Yah aku dapat beberapa gambar bagus dari tempat itu.

“AAAAAARRRRGGHHHHH …………!!!!” terdengar suara teriakan Meli. Segera saja aku dan Lutfi bergegas menyusul Meli ke sugai itu. Saat itu kami temukan Meli terduduk sambil menutup kedua matanya dengan tangannya di pinggir sungai. Sambil masih menutup matanya, Meli menunjuk ke arah sungai sambil mengatakan “disana!! di air!! aku lihat ada bayangan muka nene nene!!” Lutfi melihat tempat yang d tunjukan Meli, dan memang tidak ada apa apa di sana. “engga usah kaget mel, muka kamu emang udah kliatan tua kali” lutfi yang mengatakan itu. Kami putuskan untuk pulang ke rumah bapa Kasmun karena disana tempat kami menginap dan hari sudah mulai gelap, tetapi sebelum pergi aku mengambil beberapa gambar di sekitar sungai itu. Tepat saat aku hendak pergi aku melhat bayangan hitam dari arah hutan, aku piker mungkin cuma monyet.

*****

Malam sudah tiba semua orang sudah tertidur tapi aku masih terbangun. Aku memikirkan apa yang sebenarnya Meli lihat di sungai? Mungkin Lutfi benar dia hanya melihat wajahnya yang memang kelihatan lebih tua. Tapi kenapa harus sampai berteriak sepeti itu? Lalu bayangan apa yg aku lihat sebelum aku meninggalkan sungai itu? Ah sudahlah otakku mulai memikirkan hal-hal aneh.

Aku putuskan untuk pergi keluar, mungkin udara malam bisa buat aku berpikir lebih jernih. Aku pakai jaketku dan kubawa kamera. Saat berada di luar, dari belakang tiba-tiba aku merasa ada sentuhan di bahuku. Serentak aku menjauh dari sumber sentuhan itu. Lalu aku lihat ke belakang ternyata itu Klaus. Dia juga belum tidur, dia bilang dia tidak bisa tidur karena masih memikirkan kemana sebenarnya nene Yasih pergi.

“Daripada mikirin kerupuk kulit gentayangan itu, mending liat deh gambarnya” aku menyuruh Klaus untuk melihat poto saat berada di lokasi bekas kebakaran itu. “ka, liat deh.. Ini apa? Kenapa engga jelas?” itu Klaus bertanya.

“Apa si? Coba aku lihat…..” aku ambil kamera dan melihat gambar itu, ternyata benar saja ada objek asing, objek itu berada di balik pohon di pinggir rumah yang terbakar itu, benda itu berbentuk seperti manusia yang berdiri “sumpah deh, tadi pas ngambil gambar di lokasi engga ada objek ini.. ko aneh ya?” aku merasa tidak ada objek tersebut saat mengambil gambar. “yasudah engga usah di pikirin, besok aja kita cek ke lokasi..” Klaus coba menenangkan tapi sepertinya dia yang lebih keheranan daripada aku. “yaudah aku tidur duluan ah, ngantuk….” Klaus pergi masuk kedalam rumah.

Tapi aku masih penasaran, aku putuskan untuk pergi ke lokasi sekali lagi pada saat itu juga. Sesampai di sana aku merasa atmosfer tempat itu berbeda dari sebelumnya, seperti ada yang memegangi kakiku rasanya sangat berat sekali untuk melangkah walau hanya 1 langkah. Aku berjalan mendekati reruntuhan rumah itu, di sini atmosfernya lebih berat sulit untuk mengambil nafas. Tapi aku coba untuk mengambil gambar sekali lagi. Mungkin saja objek itu terambil lagi.

Beberapa gambar sudah aku ambil, tapi objek asing itu belum mucul juga. Aku putuskan untuk mengambil gambar terakhir lalu pulang dan tidur “besok siang aku pinjam laptop si Lutfi Kamijou biar bisa lebih jelas keliatannya”. Selesai aku mengambil gambar terakhir tiba-tiba batere kameraku habis, lalu aku melihat sebuah sesuatu yang mirip dengan gambaran nene Yasih yang di ceritakan pa Kasmun dari balik pohon tepat dimana objek asing itu terlihat di poto sebelumnya.

Saat itu aku terdiam tegap tidak bisa begerak, dan apapun itu kini melihat ke arahku . Seperti terpaku kaki ku tidak bisa aku gerakan, tanganku lemas dan seakan leherku tercekik aku tidak bisa mengatakan apapun. Mataku terbelalak melihat benda itu sepeti tersenyum kepadaku dan tidak terpikir olehku untuk membalas senyuman itu karena “sekarang aku benar-benar ketakutan”.

Sedikit demi sedikit, sepertinya benda itu mendekat kearahku. Aku pastikan kalau dia “ternyata tidak berjalan dengan kaki. Lalu dengan apa dia berjalan? Sepertinya itu bukan pertanyaan yang tepat untuk sekarang. Dengan sekejap mata makhluk itu berada di depan mataku, tapi aku tutup mataku karena aku tidak berani untuk melihatnya.

Tapi perlahan-lahan aku buka mataku untuk memastikan makhluk itu tidak ada di depanku, tapi ternyata memang sudah tidak ada apa-apa di depanku. Dengan curiga aku tengok belakangku dan tetap saja tidak ada apa-apa. Aku bersyukur “apapun itu kini sudah tidak ada”. Terdengar suara tertawa perempuan tua yang entah darimana datangnya. Saat aku berbalik untuk berlari pulang tiba-tiba makhluk itu ada di hadapanku, saat itu pula aku tidak sadarkan diri.

“Gikachan… Gikachan….” Ada suara yang sepertinya tidak asing, saat aku buka mata, ternyata tu Ima yang membangunkan. Ternyata aku tertidur sambil bersandar ke sebuah pohon. Saat itu juga Klaus dan Lutfi menyiramkan air yang mereka bawa dari sungai. Serentak aku langsung terbangun.

“Kamu ngapain tidur disini Gikachan?” Ima bertanya. “Gatau deh Imachi..” masih sedikit kebingungan karena baru bangun tidur. “Sana ih cuci muka dulu Logikarung!!” meli yang menyruh.

Sebelum aku pergi ke sungai untuk mencuci muka, aku pergi menghampiri Lutfi yang sedang mengrobrol dengan Klaus. Aku berikan memori card kameraku pada Lutfi agar dia masukan ke laptopnya supaya kami bisa melihat hasil potonya dengan lebih jelas. Tapi saat kembali Lutfi memberitahu aku kalau semua poto yang aku ambil tengah malam tadi “file corrupted ka.. engga bisa d buka”.

-bersambung-

2 komentar:

  1. Ceritanya okk logg ,
    walaupun bacanyaa males karena horor
    #tau sendiri aku serem sma gitu2n he
    nanyaa dongg : itu asli pengalamanya kah ?
    ditunggu part II dehh
    good luck logg

    BalasHapus
  2. hahaha
    tapi g terlalu serem kan kya film horor indonesia.. :D
    engga ko, aku cuma ngarang aja.. hhe

    BalasHapus